Selasa, 24 Maret 2015

Update status Facebook from Mbak Baiq Hilda Octaviani

  1. News Feed

    Sekali lagi cuma ingin berbagi dan saling mengingatkan sebagai saudara sesama Islam dan juga mengingatkan diri sendiri, tidak juga bermaksud menggurui....
    Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar seperti itukah?
    Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah bergeser dari fitrohnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita ‘menunjukkan eksistensi diri’ di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah.
    Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama“Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar. Tahukah anda bahwa
    perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan cara dibalik layar? dan sebagian besar peran perbaikan masyarakat ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan pengurus rumah. Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Quran dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka bagaimana beribadah pada Allah yang telah menciptakan mereka, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
    “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
    Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari 2/91).
    Anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, sekolah setinggi-tingginya, meraih hidup yang berkecukupan, bahkan berlebihan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa pribadi, liburan keliling dunia. Dan disaat hamilpun sudah tidak banyak lagi ibu-ibu muslim yang melantunkan ayat-ayat suci Al Quran untuk diperdengarkan pada si jabang bayi melainkan memutar musik klasik karya seniman barat yang dianggap bisa mencerdaskan otak, setelah lahirpun mereka sibuk mengajarkan bahasa asing dan mengabaikan pelajaran mengaji, sibuk mengajarkan tari-tarian barat dan lupa mengajarkan gerakan-gerakan sholat, mengajarkan bahkan mencontohkan putri-putri mereka berpakaian terbuka daripada menutup aurat, memberi nama-nama asing yang dianggap lebih modern dan menganggap nama Islam itu norak dan ketinggalan jaman padahal dalam Islam Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kamu sekalian akan dipanggil dengan nama-nama kamu sekalian dan nama-nama bapak-bapak kamu sekalian. Oleh karena itu, buatlah nama-nama yang baik untuk kamu sekalian.”
    • Nama-nama yang paling disukai Allah yaitu Abdullah dan Abdurrahman, dan masih banyak lagi yang ibu-ibu ajarkan kepada anaknya tanpa memperhatikan bagaimana AQIDAH, bagaimana IBADAH, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan BAHAGIA.
    Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan KARIR mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?
    Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?

    LALU…
    Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata ‘C U M A’? dengan tertunduk dan suara lirih karena MALU?
    Maafkan kalau ada kata yang salah. Sebagai manusia biasa saya juga masih memiliki banyak kesalahan.
    WALLAHU A’LAM BISSAWAB (ALLAH YANG TAHU KEBENARANNYA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar